Cara Pasang Dublin Core (DC-2013) Di Blog | dedendeni75blog
logo

Cara Pasang Dublin Core (DC-2013) Di Blog

Cara Pasang Dublin Core (DC-2013) Di Blog
Postingan ane kali ini berkisar tentang optimasi SEO ( Search Engine Optimization ) menggunakan Dublin Core. Dublin Core adalah salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery. Gagasan membuat suatu standar baru agaknya dipengaruhi oleh rasa kurang puas dengan standar lama seperti misalnya MARC yang dianggap terlampau sulit (hanya dimengerti dan bisa diterapkan oleh pustakawan) dan kurang bisa digunakan untuk web resources. Untuk menangani banjir web resources diperlukan cara dan format yang lebih sederhana. Ciri-ciri Dublin Core yang diharapkan bisa membuatnya diterapkan secara luas oleh berbagai kalangan adalah:

dc2013





  • Dublin Core dibuat sesederhana mungkin agar dapat digunakan baik oleh awam (bukan pengatalog) maupun profesional. Diharapkan bahwa pencipta resource itu sendiri akan dapat membuat metadata (deskripsi) karya mereka tanpa memerlukan pelatihan khusus.
  • Semua unsur bersifat opsional dan dapat diulang apabila diperlukan
  • Unsur-unsur diterima secara internasional, dan dapat diterapkan oleh semua disiplin ilmu
  • Setiap unsur dapat diperluas agar data yang lebih khusus (misalnya untuk disiplin ilmu atau aplikasi khusus) dapat tertampung
  • Dapat ditempatkan di dalam Web page (embedded) biasanya sebagai bagian dari header, sehingga dapat dideteksi oleh web robot atau spider
Kisah Dublin Core Metadata Element Set (DCMES) berawal dengan serangkaian diskusi pada bulan Oktober 1994 di Chicago. Ketika itu di sana sedang berlangsung International World Wide Web Conference ke-2 yang dihadiri juga oleh tokoh dari lingkungan perpustakaan, khususnya dari OCLC (Online Computer Library Center). Salah satu topik yang ramai dibicarakan adalah publikasi ilmiah lewat WWW, dan masalah temu balik sumber informasi di WWW yang bukan semakin mudah tetapi semakin kompleks. Disepakati bahwa perlu diadakan suatu lokakarya untuk membahas kemungkinan menciptakan suatu format metadata yang dapat mempermudah resource discovery dari web resources. NCSA (National Computational Science Alliance dari Amerika Serikat) dan OCLC menjadi pemrakarsa lokakarya ini yang diadakan di lokasi OCLC, di Dublin, Ohio, pada tahun 1995. Hasil dari lokakarya ini adalah Dublin Core Metadata Element Set (DCMES), yaitu standar metadata yang sekarang lebih dikenal dengan nama singkat Dublin Core. Lokakarya pertama ini disusul serangkaian lokakarya internasional yang bertujuan mengembangkan dan menyebarluaskan penerapan Dublin Core khususnya, dan standar metadata lain yang dapat meningkatkan resource discovery umumnya. DCMI adalah organisasi yang berada di belakang kegiatan ini.

Dublin Core terdiri atas 15 unsur dasar:
Title, Creator, Subject, Description, Publisher, Contributor, Date, Type, Format, Identifier, Source, Language, Relation, Coverage, Rights

Ketika Dublin Core kemudian berkembang menjadi skema dengan dua versi (Qualified dan Unqualified), maka versi Qualified dilengkapi dengan tiga unsur tambahan: Audience, Provenance, dan RightsHolder.

Dalam skema DC unsur-unsur diberi definisi, tetapi selain definisi tersebut tidak ada panduan untuk pengisian unsur, tidak ada content rules. Pengguna dapat mengisi unsur tanpa terikat pada ketentuan apapun, sehingga keseragaman dan konsistensi antar lembaga atau sistem pemakai Dublin Core sulit tercapai, bahkan dalam satu sistem pun tidak ada keseragaman. Dublin Core dengan 15 unsurnya sebenarnya hanya kerangka (framework) atau container, dan container ini harus diisi dengan data yang dipilih berdasarkan standar untuk isi agar menghasilkan metadata yang dapat berfungsi dengan baik dalam proses resource discovery dandescription.

Qualified dan Unqualified Dublin Core
Kesederhanaan Dublin Core oleh fihak tertentu dianggap sebagai salah satu kekuatannya yang harus dipertahankan (para minimalis), sedangkan fihak lain (strukturalis) berpendapat bahwa kesederhanaan ini membuat resource description dan discovery dengan Dublin Core kurang memuaskan. Library of Congress Cataloging Directorate (2004) misalnya berpendapat bahwa versi Dublin Core standar (versi sederhana) adalah “inadequate for almost any specific application or context apart from cross-domain discovery.” Maka kemudian diputuskan oleh DCMI bahwa unsur tertentu dari Dublin Core dapat dilengkapi dengan qualifier. Ada dua kelompok besar qualifier:

1. Element Refinements yang berfungsi mempersempit, yaitu membuat lebih spesifik suatu unsur
2. Encoding Schemes yaitu skema yang membantu memperjelas nilai suatu unsur, seperti kosa kata terkendali dan bagan klasifikasi dan daftar-daftar standar lain

Contoh Element Refinements:
· Title
Selain judul resmi judul lain dapat ditambah, misalnya judul alternatif, judul singkat, judul terjemahan
· Date
Tanggal yang dapat dicatat adalah tanggal penciptaan, tanggal berlaku (validity), tanggal dikeluarkan (issue), tanggal modifikasi

Contoh Encoding Schemes
· Subject
Diisi dengan menggunakan Library of Congress Subject Headings (LCSH), MeSH (Medical Subject Headings), Dewey Decimal Classification (DDC), Library of Congress Classification (LCC), Universal Decimal Classification (UDC)
· Date
Tanggal dicatat sesuai dengan daftar standar DCMI dan W3CDTF (World Wide Web Consortium)
· Language
Bahasa dicatat dengan menggunakan kode dari daftar standar ISO639-2

Dublin Core, apabila diterapkan dengan berbagai qualifier, bisa menghasilkan metadata yang lebih lengkap dan terstruktur, namun ironisnya ialah bahwa dengan demikian kesederhanaan hilang, dan penyusunan deskripsi menjadi sama kompleksnya dengan deskripsi yang dibuat oleh para pustakawan profesional dengan AACR2 dan MARC. Hampir tiap lembaga pengguna Dublin Core membuat modifikasi untuk memenuhi kebutuhan setempat sehingga tukar menukar metadata tidak dapat dilakukan dengan mudah lagi.

Tujuan Dublin Core

Bagi “pengatalog tradisional” yang melaksanakan tugasnya berdasarkan standar-standar baku dan teruji seperti AACR, daftar-daftar tajuk subyek atau tesaurus, daftar pengendali untuk nama (name authority files), dan lain sebagainya, Dublin Core, khususnya versi Unqualified, kurang memuaskan. Kelompok pakar yang menjadi pelopor dan pendukung yang berkarya terus lewat DCMI, menerima kritik terhadap skema Dublin Core, namun mereka mengingatkan bahwa Dublin Core punya tujuan (goals) tertentu, dan penilaian terhadap skema ini dan produknya (metadata) seharusnya dilakukan dengan memperhitungkan tujuan-tujuan ini. Tujuan Dublin Core ialah:

1. Kesederhanaan dalam menciptakan dan memelihara metadata. Skema diupayakan tetap ringkas dan sesederhana mungkin agar seorang yang bukan ahli dapat membuat cantuman sederhana untuk sumber daya informasi dengan mudah dan murah, tetapi sekaligus cukup efektif untuk temu kembali
2. Semantik yang bisa diterima dan dimengerti secara luas. Menemukan informasi relevan di belantara internet sering terhambat oleh perbedaan dalam terminologi dan deskripsi antar bidang. Dublin Core membantu “turis digital” -- penelusur awam atau non-profesional – dengan menggunakan sekelompok unsur yang maknanya sudah dikenal luas dan mudah difahami. Unsur “creator” misalnya, dapat diterima dan dimengerti oleh ilmuwan, peneliti, maupun penggubah atau artis.
3. Cakupan internasional. Skema Dublin Core asli disusun dan dikembangkan dalam bahasa Inggris, tapi versi bahasa asing tumbuh dan berkembang dengan pesat. Contoh: Bahasa Finlandia, Norwegia, Thai, Jepang, Perancis, Portugis, Jerman, Yunani, Indonesia , dan Spanyol. DCMI Localization and Internationalization Special Interest Group mengkoordinasikan upaya untuk menghubung-hubungkan versi-versi ini lewat suatu sarana registrasi. Keikutsertaan wakil-wakil dari berbagai penjuru dunia menjamin bahwa perkembangan selanjutnya akan sesuai dengan sifat multilingual dan multikultural dunia informasi elektronik
4. Perluasan. Meskipun kesederhanaan penting dan perlu dipertahankan, kebutuhan akan temu kembali yang tepat juga harus diperhatikan. Pengelola Dublin Core melihat bahwa perlu ada mekanisme yang memungkinkan perluasan kelompok unsur Dublin Core sesuai dengn kebutuhan yang timbul di lapangan. Komunitas lain menciptakan skema metadata yang cocok untuk kebutuhan komunitas mereka. Unsur-unsur metadata dari skema ini dapat digunakan berbarengan dengan metadata Dublin Core untuk menunjang interoperability.

Aplikasi Dublin Core
Metadata dapat dijadikan bagian dari suatu resource, dapat juga disimpan dan ditampilkan terpisah dari resource yang dideskripsikan. KDT (Katalog dalam Terbitan) atau CIP (Cataloging in Publication) pada versi halaman judul buku adalah contoh dari metode pertama, sedangkan kartu katalog atau cantuman OPAC adalah contoh dari yang kedua. Metadata Dublin Core dapat menjadi bagian dari resource, disusun oleh pencipta resource atau oleh orang lain, atau terpisah dari resource sebagai entri katalog atau pangkalan data. Di bawah ini diperlihatkan contoh metadata Dublin Core yang “tertanam” (embedded) dalam resource sebagai bagian dari header:

<meta content='dedendeni75blog' name='DC.Title'/>
<meta content='Deden Deni' name='DC.Creator'/>
<meta content='text/html' name='DC.Format' scheme='IMT'/>
<meta content='Belajar membuat blog,android,komputer,internet,tip trik,download e-book,musik, islam ' name='DC.Subject' scheme='MESH'/>
<meta content='Deden Deni' name='DC.Publisher'/>
<meta content='http://dedendeni75.blogspot.com/' name='DC.Identifier'/>
<meta content='id; Indonesian' name='DC.Language' scheme='RFC1766'/>
<meta content='24 April 2013' name='DC.Date'/>
<meta content='6 Juli 2013' name='DC.Date.Modified'/>
<meta content='Berbagi Coretan Dinding,Belajar blog,belajar android,komputer,tip trik,belajar web,download gratis,e-book,musik, islam' name='DC.Description'/>
<meta content='text' name='DC.Type' scheme='DCMIType'/>

Ganti Text yang berwarna merah dengan keterangan blog milik sobat dan coba cek menggunakan SEO Quake dan hasilnya nanti akan seperti gambar di bawah ini :

dulbincore

Contoh dalam format HTML (Hypertext Markup Language) di atas menggunakan tengara atau tag <META>, dan metadata ini invisible, alias tidak terlihat oleh orang yang menyimak web page ini lewat browser-nya. Tetapi metadata ini dapat dideteksi dan “dibaca” oleh spider, crawler, atau web robot (semuanya program komputer) yang menjelajahi WWW, mengumpulkan web pages untuk dimasukkan dalam pangkalan data atau indeks yang nantinya akan digunakan oleh search engine untuk menjawab permintaan penelusur. Apabila setiap pencipta web page membuat metadata yang mendeskripsikan web page ciptaannya, dengan sendirinya ini nanti akan membantu sekali upaya discovery atau penemuan. Bertolak dari pemikiran inilah DCMI berupaya membuat Dublin Core sederhana dan mudah diaplikasikan. Namun harapan bahwa semua pencipta web resourcemau dan sanggup membuat metadata kurang terpenuhi. Data yang dibuat oleh pencipta cenderung kurang lengkap, tidak konsisten, sehingga tidak banyak manfaatnya untuk resource discovery. Hal ini tidak sepenuhnya kesalahan pencipta, tetapi justru akibat kesederhanaan Dublin Core dan kurangnya panduan dan peraturan yang jelas dan cukup mengikat yang harus ditaati sewaktu membuat metadata dengan format Dublin Core.

Sumber : http://dublincore.org/

Demikian Postingan ane kali ini semoga bermanfaat.
Description:Cara Pasang Dublin Core (DC-2013) Di Blog Rating: 5 Reviewer: Unknown ItemReviewed: Cara Pasang Dublin Core (DC-2013) Di Blog

Posted by:

dedendeni75blog

Updated at : 10:36 PM

Labels

Silahkan tinggalkan komentar anda, Mohon maaf apabila komentar tidak secepatnya saya balas.

© 2013 dedendeni75blog | Powered by Blogger